Kehidupan, aku berusaha membaca kehidupan. Bagiku, kehidupan memang
seperti ini. Kalau ditanya apakah aku bahagia? Tentu aku sekarang bahagia.. Di
usia yang sudah tidak muda lagi ini, tak perlu lagi memaki-maki nasib atau menyalahkan nasib yang lalu.
Ada banyak hal yang akhir-akhir ini berkecamuk dalam pikiranku.
Capek, lelah, tentu saja. Tapi, bagiku, menghirup udara setiap pagi
adalah anugerah yang tak mungkin aku ingkari. Anugerah terbesar. Di luar
itu, tentu masih ada berjuta-juta anugerah lainnya.
Pagi ini, layaknya pagi-pagi pada hari-hari sebelumnya, hujan turun
mengguyur pulau kecil ini. Pulau dimana saat muda dulu aku mulai
mimpi-mimpiku. Saat-saat muda yang menggelegar, saat-saat muda yang
membara.
Kini, seperti yang kubilang tadi, masa yang sudah tidak muda itu pada akhirnya
datang. Datang tanpa memberikanku kesempatan untuk sejenak mengingat
kenangan-kenangan yang sempat tercecer. Kenangan tentang si kecil dan
Ibunya yang memilih untuk menapak jalan lain.
Aku sesungguhnya ingin menangis. Tapi, aku malu. Malu pada kenyataan,
malu pada diri sendiri. Banyak orang berkata, paling tidak, dengan
menangis, semua beban yang ada di jiwa ini bisa berkurang. Aku percaya
itu. Aku tidak menyangkal. Tapi, itu tidak tepat bagiku. Biarlah cukup
berdiam saja. Bagiku, dalam diam, ada banyak hal yang bisa larut. Larut
dalam kepasrahan, larut dalam keheningan. Begitu nikmat meski kadang
sakit.
Aku masih memandang hujan yang turun. Dengan dibarengi suara menggelegar dari temannya hujan, guntur (lidah Bawean ngomongnya se itu). Terdengar melankolis memang.
Haha, seperti salah satu adegan di banyak film. Tapi, memang tidak ada
yang bisa kulakukan disaat seperti ini. Entah kenapa, hujan di pagi ini begitu
indah. Begitu sendu. Hujan seperti ingin menyampaikan banyak hal.
Tentang sebuah perjalanannya, rasa sakitnya, yang turun ke bumi,
kemudian lenyap, mengalami siklus lingkaran jebakan yang sangat
melelahkan.
Achhhhh, itu mungkin hanya imajinasiku saja. Hujan kusamakan dengan
perjalanan hidupku. Yang terasa panjang, seakan-akan berputar-putar pada
lingkarang yang tak pernah ada akhir. Terus melangkah tapi tak pernah
sampai pada tujuan. Kalau banyak orang berkata proses lebih penting
daripada tujuan. tentu sekarang aku sudah memenangkannya.
Sedikit demi sedikit, hujan di pagi ini seakan-akan menyampaikan
suatu mimpi bagiku. Mimpi untuk bangkit. Mimpi untuk berjuang. Mimpi untuk segalanya. Dengan berhenti sejenak dengan turunnya hujan, kita dapat merenung dalam diam kita. Kita dapat membuat planning untuk hidup kita selanjutnya. Kita tidak boleh berhenti dikarenakan hujan turun dengan derasnya.
Hujan di pagi ini membuat aku berfikir, pasti ada hikmah, pasti ada proses untuk menuju mimpi yang sebelumnya mungkin tidak akan tercapai. Melihat kebelakang mengenai kisah hidupku yang sedikit banyak goresan, menyedihakn, pilu. Tentu
sudah cukup menyentuh bukan? Hanya, sampai kapanpun, seberapapun
menyedihkan, jangan pernah jadikan kisah hidupku ini sebagai lelucon.
Sungguh sangat memilukan hati ini. Kalaupun kisah ini harus dikenang,
kenanglah sebagai salah satu mozaik dari kisah kehidupan anak manusia
yang terus berjuang hingga saat terakhirnya.
Terlalu berlebihan kadang diriku. Kalaupun mau, aku sebenarnya ingin
menertawakan kalian. Kalian yang hanya memandangku pilu. Sekali lagi,
aku tak pernah menderita seperti selama ini yang kalian kira. Aku punya
banyak hal yang bisa kuceritakan.
Hujan pun mulai reda, aku merasa lega. Merasa tenang. Merasa damai.
Merasa lepas. Hingga mimpi itu dapat kuraih.....
flashback --------->>>> Sabtu, 5 Januari 2013
- di kamar ngerjain tugas..... liburan kok kerja, capek dewh!!!
- rutinitas harian berjalan dengan sukses..... achhh segeerrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr
Tidak ada komentar:
Posting Komentar